Dalam
ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi
telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal
tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado,
Robert Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi
yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , tetapi yang akan
dibahas dalam makalah ini hanya 3 tradisi, yakni :
- Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)
Semiotika
adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah tanda
adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai
adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:
Lebih
lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada perhatian
lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai suatu
jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana
lambang-lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna
tertentu kepada khalayak.
Sehingga
dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu akan memaknai
tanda-tanda secara beragam.
Semiotika adalah ilmu tentang tanda.
Gambar atau simbol adalah bahasa rupa yang bisa memiliki banyak makna. Suatu gambar
bisa memiliki makna tertentu bagi sekelompok orang tertentu, namun bisa juga
tidak berarti apa-apa bagi kelompok yang lain. Language”. Bahasa dalam hal ini
dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini “tanda” memegang peranan
sangat penting dalam kehidupan umat manusia.
Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah
obyek-obyek yang dilukiskan, seperti obyek manusia binatang, alam, imajinasi
atau hal-hal lain yang bersifat abstrak lainnya Tanda terdapat dimana-mana :
‘kata’ adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera
dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur)
atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi
tanda. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir
dengan sarana tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi.
Dasar Pemikiran Tradisi Semiotika
Jadi terdapat banyak teori komunikasi
yang berangkat dari pembahasan seputar simbol. Keberadaan simbol menjadi
penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Simbol merupakan produk budaya
suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada
pada diri mereka. Mengkaji aspek ini merupakan aspek yang penting dalam
memahami komunikasi.
Diantara sekian banyak pakar tentang
semiotika ada dua orang yaitu Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure
yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern Kedua tokoh inilah
yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern
Varian Dalam Tradisi
Semiotika
Semiotika dapat dibagi menajdi 3 area
kajian yaitu:
a. Semantic (bahasa) merujuk pada
bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya atau tentang keberadaan dari
tanda itu sendiri. Semantic terbagi kepada dua hal yaitu hal tentang apa yang
dipikirkan dan hal tentang tanda itu sendiri. Dan mengkorelasikan kedua hal
tersebut. Kapan saja ketika muncul pertanyaan dari kita untuk apa tanda itu ada
? kita berada adalah bagian dari dunia kata . sebagai contoh dalam kamus dia
menginformasikan kita tentang apa arti dari kata itu atau apa yang dimaksud.
Teori ini merupakan pendekatan kaum semiotika ini hanya memperhatikan
tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh
mereka yang mengirimkannya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si
penerima). Para ahli semiotika ini tidak berpegang pada makna primer (denotasi)
tanda yang disampaikan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder
(konotasi).
b. Sintagmatic atau kajian tentang
hubungan antar tanda . tanda hampir tidak dapat berdiri sendiri. Dia selalu
menjadi bagian dari system yang lebih besar. Tanda seperti itu biasanya lebih
dikenal sebagai kode. Sebuah kode di organisir berdasarkan aturan , jadi tanda
yang berbeda dapat menghasilkan pemikiran yang berbeda pula dan tanda bisa saja
diletakkan hanya pada wilayah tertentu saja. Semiotika pada teori ini
menganggap bahwa tanda akan dapat dipahami apabila ada hubungannya dengan tanda
yang lain.
c. Paradigmatic pada teori ini tanda dan
pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. mengungkapkan bahwa sebuah
komunikasi terjadi apabila terjadi kontak antara adresser (asal) dan adressee
(tujuan).Makna yang disampaikan adresser harus berbentuk sebuah kode (code)
sehingga adresser harus melakukan encode terhadap makna tersebut agar menjadi
kode. Kemudian kode ini akan diterima adresse dengan melakukan decode. Proses
coding Konteks budaya menjadi satu acuan yang tidak bisa dilepaskan begitu saja
. Pria berkuda yang memberikan memiliki konotasi kejantanan, kegagahan belum
tentu sesuai dengan konteks budaya suatu kelompok masyarakat tertentu.
- Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui dialog)
Inti tradisi fenomenologi adalah
mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi
fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan
media. Demikian pula bagaimana proses yang berlangsung dalam diri khalayak.
Kajian tentang proses resepti (reception studies) yang berlangsung dalam diri
khalayak menjadi penting.Pendekatan etnografi komunikasi menjadi penting
diterapkan dalam tradisi ini.
Dasar Pemikiran Tradisi Fenomenologi
Ada tiga prinsip dasar dari
fenomenologi menurut Stanley Deetz yang pertama adalah pengetahuan adalah
kesengajaan makasudnya pengetahuan bukanlah didapat dari pengalaman akan tetapi
didapat dari bagaimana menjadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah pelajaran.
Yang kedua berisi potensi dari diri. Yang ketiga adalah bahasa adalah kendaraan
dari pikirian.
Varian dari Tradisi Fenomenologi
Kajian fenomenologi terbagi menajdi
tiga bagian yaitu:
a. Fenomonelogi Klasik dipelopori oleh
Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern Husserl percaya kebenaran hanya bisa
didapatkan melalui pengarahan pengalaman, tapi kita harus bagaimana pengalaman
kita bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap individu
adalah jalur yang tepat untuk memahami realitas. Hanya melaui kesadaran dan
perhatian maka kebenaran dapat diketahui. Bagaimanapun kita harus
mengesampingkan penyimpangan kita. Kita harus mengesampingkan segala pemikiran
dan kebiasaan untuk melihat pengalaman lain untuk dapat mengetahui sebuah
kenyataan. Pada alur ini dunia hadir dengan sendirinya dalam alam sadar kita.
Dalam artian menurut husser kita dapat memaknai suatu pengalaman secara
objektif dengan tanpa membawa pemahaman kita sebelumnya terhadap pengalaman itu
dalam artian kita harus objektif.
b. Fenomenologi Persepsi berlawanan dengan
Husser yang membatasi fenomenologi pada objektivitas marleu ponty menjelaskan
manusia adalah kesatuan dari mental dan fisik yang mengartikan atau
mempersepsikan dunia. kita mengetahui berbagai hal hanya melalui hubungan kita
ke berbagai hal tersebut. Sebagaimana pada umumnya manusia, kita dipengaruhi
oleh dunia akan tetapi kita juga mempengaruhi dunia terhadap pengalaman tersebut.
Berbagai hal tidak bertahan dan berdiri sendiri terlepas dari bagaimana mereka
dikenal. melainkan orang-orang memberi arti kepada berbagai hal di dunia, dan
pengalaman fenomenologi adalah suatun hal yang subjective.
c. Fenomenologi Hermeneutik aliran ini selalu
dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofis yang juga biasa
disebut dengan Hermeneutic of dasein yang berarti suatu “interpretasi untuk
menjadi”. Yang paling utama bagi Heidegger adalah pengalaman tak dapat terjadi
dengan memperhatikan dunia. Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak dapat
diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman seseorang yang
mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam keseharian. Apa yang nyata dan
apa yang yang sekedar pengalaman melalui penggunaan bahasa.
Meski
fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya menunjukkan
analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi
adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman
subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang lebih
penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers
percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan
lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi
yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:
a. Kecocokan/kesesuaian,
adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu dengan tampilan luar.
Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba mempengaruhi, bermain peranan,
sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.
b. Hal
positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan
merupakan kesatuan dalam penampilan.
c.
Pemahaman empatik.
3.
Tradisi Cybernetic
(komunikasi sebagai pemrosesan informasi)
Ide
komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh ahli
matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication diterima
secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori
ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama
Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya
dilakukan pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam
menyampaikan pesan.
Meski
eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver
mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua
pertanyaan tentang komunikasi insani (human communication).
Jadi
dalam tradisi ini konsep-konsep penting yang dikaji antara lain pengirim,
penerima, informasi, umpan balik, redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi
ini seringkali mendapat kritik terutama berkenaan dengan pandangan asumtif yang
cenderung menyamakan antara manusia dengan mesin dan menganggap bahwa suatu
realitas atau gejala timbul karena hubungan sebab akibat yang linier.
Tradisi cybernetic berangkat dari teori
sistim yang memandang terdapatnya suatu hubungan yang saling menggantungkan
dalam unsur atau komponen yang ada dalam sistim. Hal lain yang penting adalah
sistim dipahami sebagai suatu sistim yang bersifat terbuka sehingga
perkembangan dan dinamika yang terjadi dilingkungan akan diproses didalam
internal sistim.
Dasar Pemikiran Tradisi Cybernetic
Teori informasi berada dalam kontek
ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini.
Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori
informasi.
Teori ini mengagumkan sangat padu dan
konsisten, dan mempunyai suatu dampak yang utama pada banyak bidang, yang
mencakup tentang komunikasi. pada sistem banyak berkaitan dengan komputer dan
mesin, pikiran manusia dan kehidupan sosial manusia dapat dipahami dengan
penggunaan system ini secara baik. Seperti hasilnya Tradisi Cybernetic tidak
hanya berimplikasi pada perkembangan teknolig informasi akan tetapi juga pada
ilmu sosial dan ilmu komunikasi.
Varian Tradisi Cybernetic
Kita mengenal ada tiga macam Teorin
dalam Tradisi Cybernetic yaitu Basic System Theory, General
System Theory dan second order Cybernetic.
a. Basic System Theory: ini adalah fromat
dasar , pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa
di analisa dan diamati dari luar. Dengan kata lain kita dapat melihat bagian
dari system dan bagaimana mereka saling berhubungan. Kita dapat mengamati
secara obyektif mengukur antara bagian dari system dan kita dapat mendeteksi
input maupun output dari system. Lebih lanjut mengoperasikan atau memanipulasi
system dengan mengganti input dan tanpa keahlian karena semua diproses melalui
mesin. sebagai alat bantu bagi bagi para professional seperti system analyst,
konusltan manajemen, dan system designer telah membangun sebuah system analisa
dan mengembangkannya.
b. General System Theory: teori ini
diformulasikan oleh Ludwig Von Bertalanffy seorang biologis. Bertalanffy
menggunakan GST sebagai sarana pendekatan multidisiplin kepada ilmu
pengetahuan. System ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaiaman sesuatu
pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
Pembentukan sebuah kosa kata untuk mengkomunikasikan lintas disiplin ilmu.
c. Second Order Cybernetic: dikembangkan
sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya. Second order
Cybernetic membuat pengamat tak dapat melihat bagaimana sebuah system bekerja
di luar dengan sendirinya dikarenakan pengamat selalu ditautkann dengan system
yang menjadi pengamatannya. Melalui perspektif ini kapanpun kita mengamati
system ini maka kita akan saling mempengaruhi. Karena hal ini memperlihatkan
bagaimana sebuah pengetahuan sebuah produk menjerat antara yang mengetahui dan
yang diketahui.
No comments:
Post a Comment